Kenapa kasus keracunan mbg bisa memuncak?
Kasus keracunan massal yang melibatkan Program Makan Bergizi Gratis (MBG) kembali menjadi sorotan publik. Pada Rabu, 24 September 2025, ratusan siswa di Kecamatan Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, mengalami gejala keracunan setelah mengkonsumsi menu MBG. Gejala yang dialami antara lain mual, muntah, pusing, dan sesak napas. Beberapa siswa harus dirawat di posko darurat maupun rumah sakit terdekat.

Penyebab Dugaan Keracunan
Berdasarkan laporan dari Koordinator Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Wilayah Bandung Barat, Gani Djundjunan, ada beberapa faktor yang diduga menjadi penyebab keracunan MBG:
- Pengolahan Makanan yang Tidak Sesuai Standar
- Menu MBG dimasak terlalu dini, sehingga makanan disimpan terlalu lama sebelum didistribusikan ke sekolah.
- Waktu penyimpanan yang terlalu lama menyebabkan pertumbuhan bakteri seperti Salmonella dan E. coli.
- Penggunaan suhu masak dan penyimpanan yang tidak konsisten juga berpotensi membuat makanan menjadi tidak aman untuk dikonsumsi.
- Sanitasi Dapur yang Buruk
- Beberapa dapur SPPG ditemukan memiliki kondisi sanitasi yang kurang memadai, termasuk peralatan masak yang tidak higienis dan area cuci yang tidak bersih.
- Hal ini meningkatkan risiko kontaminasi bakteri pada bahan makanan sebelum dimasak.
- Pemilihan Bahan Makanan yang Tidak Tepat
- Beberapa bahan, seperti ikan hiu di Ketapang, tidak sesuai standar konsumsi anak-anak dan berisiko mengandung zat berbahaya seperti merkuri.
- Bahan makanan yang sudah mendekati tanggal kadaluarsa atau tersimpan dalam kondisi tidak ideal bisa mempercepat kerusakan.
- Distribusi yang Kurang Terpantau
- Setelah dimasak, makanan MBG didistribusikan ke berbagai sekolah dalam jumlah besar.
- Proses transportasi yang kurang tepat, misalnya makanan tidak disimpan dalam wadah tertutup atau tidak dijaga suhu yang sesuai, membuat makanan cepat rusak.
- Kurangnya Pengawasan Kualitas di Lapangan
- Tidak semua sekolah atau petugas memiliki alat ukur suhu atau standar pengecekan higienitas.
- Sehingga, meski makanan tampak layak, bisa saja sudah terkontaminasi bakteri berbahaya sebelum dikonsumsi anak-anak.
Dengan kombinasi faktor di atas, kondisi menjadi ideal bagi timbulnya keracunan massal. Insiden ini menekankan pentingnya pengawasan ketat pada setiap tahap, mulai dari pemilihan bahan, pengolahan, penyimpanan, hingga distribusi.
Tanggapan Pemerintah dan Masyarakat
Wakil Ketua MPR RI, Hidayat Nur Wahid, menyampaikan keprihatinannya atas berulangnya kasus keracunan makanan yang dialami ribuan siswa penerima manfaat Program MBG. Ia menilai, kondisi ini bertolak belakang dengan tujuan utama MBG yang digagas untuk meningkatkan kualitas gizi anak bangsa. Hidayat menekankan pentingnya evaluasi menyeluruh terhadap program ini untuk mencegah kejadian serupa di masa depan.
Di tingkat daerah, Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, berencana menghentikan sementara program MBG di wilayah Bandung Barat hingga evaluasi menyeluruh selesai dilakukan. Dedi menyatakan, “Saya minggu depan mengundang Kepala MBG (BGN) yang membidangi di wilayah Jawa Barat untuk melakukan evaluasi secara paripurna, secara terbuka, agar berbagai problem yang terjadi, keracunan siswa tidak terulang lagi.”
Tindakan Perbaikan
Pemerintah daerah langsung mengambil langkah evaluasi menyeluruh terhadap menu MBG yang disajikan kepada siswa. Di Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat, ditemukan bahwa salah satu menu yaitu ikan hiu tidak sesuai standar konsumsi anak-anak karena berisiko mengandung merkuri. Setelah temuan ini, pihak terkait segera meminta maaf kepada masyarakat dan menegaskan bahwa menu tersebut tidak akan digunakan lagi. Selain itu, mereka melakukan pemeriksaan ulang terhadap seluruh bahan makanan yang digunakan dalam program MBG untuk memastikan aman dikonsumsi dan meminimalkan risiko keracunan.
Di Jawa Barat, Gubernur Dedi Mulyadi mengambil langkah pencegahan dengan menghentikan sementara distribusi MBG di wilayah Bandung Barat. Program ini ditunda hingga evaluasi menyeluruh selesai dilakukan, termasuk audit proses pengolahan, penyimpanan, dan distribusi makanan di setiap sekolah. Gubernur juga meminta pihak terkait untuk meningkatkan pengawasan kualitas dan keamanan makanan, memastikan bahwa setiap siswa menerima menu bergizi yang aman serta higienis. Langkah-langkah ini diharapkan bisa mencegah terulangnya insiden serupa di masa mendatang, sekaligus menjaga kepercayaan orang tua terhadap program MBG.
Menuju Lebih Baik
Kasus keracunan massal MBG menunjukkan pentingnya pengawasan ketat dalam pemilihan bahan, pengolahan, dan distribusi makanan agar anak-anak menerima menu bergizi tanpa resiko. Kualitas air juga krusial dalam proses ini. Tangki MPOIN, dengan material food grade, lapisan anti UV, dan sistem venting, memastikan air bersih dan aman digunakan untuk memasak atau mencuci bahan, sehingga mendukung keamanan dan higienitas makanan. Dengan menjaga kualitas air dari hulu, program MBG bisa lebih aman, sekaligus memastikan anak-anak tetap mendapatkan gizi maksimal.